1.
Rancangan Pembelajaran MMP
Rancangan pebelajaran MMP menyangkut empat hal pokok yaitu tujuan
MMP, materi MMP, metode MMP, dan penilaian MMP. Yang dimaksud dengan rancangan
di sini adalah perencanaan kegiatan belajar-mengajar yang berbentuk persiapan
mengajar. Persiapan mengajar ini biasanya dipersiapkan guru sebelum mereka
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara operasional di dalam kelas. Wujud
persiapan mengajar ada yang tertulis, ada juga yang tidak tertulis. Satuan pelajaran
(satpel) atau Rencana Pembelajaran (RP) merupakan salah satu contoh dari wujud
persiapan mengajar secara tertulis. Contoh persiapan yang tidak tertullis
meliputi penguasaan materi, kesiapan mental guru dan siswa, alat dan sumber
belajar, organisasi belajar dan lain-lain.
1.1 Kompetensi
Dasar dalam MMP
Tujuan
kelas terdapat pada setiap kelas, mulai kelas I hingga kelas VI. Tujuan kelas
merupakan kemmpuan minimal yang harus dimiliki siswa pada kelas tersebut. Ada 8
butir tujuan yang dimaksud ke dalam tujuan kelas I. Kedelapan tujuan kelas
dimaksud meliputi paparan berikut ini.
1.
Siswa
bantu mampu menulis kata-kata dan kalimat sederhana, dan membaca dengan lafal
dan intonasi yang wajar.
2.
Siswa
mampu menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana.
3.
Siswa
mampu memahami pesan lisan.
4.
Siswa
mengenal sifat-sifat, kebiasaan, dan watak yang baik, melalui bacaan, cerita,
percakapan, dan kegiatan sehari-hari (bangun pagi, rajin, jujur, disiplin,
bersih, sopan santun, hormat dan taat
5.
kepada
orang tua).
6.
Siswa
mampu memahami bermacam-macam cerita.
7.
Siswa
mampu melafalkan kata-kata dalam bait-bait puisi yang sesuai dengan anak.
8.
Siswa
mampu memceritakan dan menuliskan tentang benda-benda yang dikenal di
sekitarnya dengan kalimat sederhana.
9.
Siswa
dapat melakukan percakapan dengan kalimat sederhana.
Berdasarkan
tujuan kelas di atas, guru merumuskan tujuan khusus sesuai dengan butir-butir
pembelajaran yang akan dibawanya, karena murid kelas I ini masih dianggap
pemula untuk keterampilan membaca dan menlis, maka sajian utama pembelajaran
bahasa Indonesia untuk mereka difokuskan pada paket MMP.
Berdasarkan
rumusan tujuan di atas, guru dapat merumuskan tujuan-tujuan yang lebih spesifik
atau tujuan pembelajaran yang lebih khusus. Di bawah ini, disediakan contoh
rumusan tujuan pembelajaran khusus, misalnya:
·
Siswa
dapat menulis kata-kata sederhana yang termasuk ke dala kelompok kata “nama
diri”.
·
Siswa
dapat menulis kalimat sederhana yang mengandung kosakata “nama diri”.
·
Siswa
dapat membaca kata/kalimat sederhana yang mengandung kosakata diri dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
·
Siswa
dapat menjelaskan arti kata yang dibacanya.
·
Siswa
dapat menjelaskan maksud dan kalimat yang dibaca atau ditulisnya (dan
seterusnya).
1.2 Materi
Pembelajaran MMP
Sebelum membuat persiapan mengajar, terlebih dahulu para guru harus
mengkaji Analisis Materi Pembelajaran (AMP). Penyusunan AMP dilakukan
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Tujuan
yang hendak dicapai.
2.
Tema
yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
3.
Isi
dan bahasa yang mendukung tema dalam menunjang pencapaian tujuan, dan
4.
Prosedur
pembelajaran yang sesuai.
Untuk memilih
materi pembelajaran MMP yang cocok, guru perlu mempertimbangkan tingkat
kesesuaian materi itu dengan tujuan tema, dan fokus pembicaraan. Meskipun
tema-tema itu bukan meruppakan bahan (baca: isi pelajaran) yang harus
diajarkan, namun penyajian pembelajaran yang didasarkan atas tema-tema tertentu
akan lebih mengarahkan kegiatan belajar-mengajar siswa dan guru. Tema merupakan
alat untuk melakukan kegiatan berbahasa, dan merupakan payung yang membungkus
kemasan pelajaran bahasa Indonesia. Alternatif tema yang ditawarkan untuk antara
lain sebagai berikut:
1.
Diri
sendiri
2.
Keluarga
3.
Pengalaman
4.
Budi
pekerti
5.
Keagamaan
6.
Lingkungan
Satu hal yang harus dipahami guru, bahwa tema dan bahan ajar MMP
bukanlah sesuatu yang harus dikuasai anak. Tema dan bahan ajar hanyalah
merupakan alat bagi siswa untuk melakukan kegiatan berbahasa. Untuk
pembelajaran MMP, tema dan bahan ajar merupakan alat atau sarana penguasaan
keterampilan membaca dan menulis pada tingkat permulaan. Meskipun demikian,
bukan berarti pemilihan bahan ajar boleh sembarangan. Pemilihan bahan ajar
tetap harus dilakukan guru, dengan berpedoman pada berbagai kriteria, antara
lain segi nilai pendidikan, segi kebermaknaan, segi kemanfaatan bagi kehidupan
anak, dan lain-lain.
Sebenarnya tidak ada keharusan untuk
memilih dan menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran MMP. Pada awal-awal
pemberlakuan Kurikulum 1975, pemerintah kita memang pernah menganjurkan, bahkan
mewajibkan penggunaan metode SAS dalam pembelajaran MMP di kelas I SD. Namun,
setelah mengkaji dan menanggapi berbagai komentar dan temuan-temuan dari
lapangan, pewajib tentang penggunaan metode SAS di kelas I tersebut kemudian
dilonggarkan. Para guru kelas I boleh memilih dan menggunakan salah satu jenis
atau campuran berbagai metode MMP tertentu yang dianggapnya paling tepat dan
cocok untuk situasi dan kondisi murid-murid di sekolahnya.
1.1 Langkah-Langkah
Pembelajaran Membaca Permulaan Kelas I SD
Pembelajaran membaca permulaan bagi siswa kelas I SD dibedakan
dalam 2 tahapan, yakni belajar membaca tanpa buku dan belajar membaca
dengan menggunakan buku.
a.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada
awal-awal pertama anak memasuki caturwulan ke satu.Hal ini dapat berlangsung
kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan, tenggang waktu tersebut dapat
dipersingkat lagi.
Sebelum KBM dilakukan, sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai
kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak.
Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum kegiatan KBM dimulai
merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan
hangat dan berbagai pertanyaan ringan akan membuat siswa termotivasi untuk
betah dan belajar di sekolah. Variasi-variasi kegiatan sebagai berikut:
1)
Menunjukkan
gambar
Misalnya guru menunjukkan gambar keluarga yang terdiri atas ibu,
ayah, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan untuk menarik
minat dan perhatian anak.
2)
Menceritakan
gambar
Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap
peran-peran yang terdapat di dalam gambar tersebut. Penamaan tokoh-tokoh
hendaknya menggunakan huruf-huruf yang pertama-tama hendak dikenalkan kepada
anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk penamaan tokoh-tokoh
ter’sebut. Misalnya, Anda dapat menyebut “mama” untuk gambar ibu; “mimi” untuk
gambar anak perempuan; “nana” untuk gambar anak laki-laki; dan “papa” untuk
gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengan tema-tema yang ada dalam
GBPP, atau tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak, dan akrab dengan
kehidupan anak.
3)
Siswa
bercerita dengan bahasanya sendiri
Selanjutnya, satu-dua siswa diminta menceritakan kembali gambar
tersebut dengan bahasanya sendiri
4)
Mengenalkan
bentuk-bentuk tulisan dengan bantuan gambar
Pada fase ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara
terpisah, dan menempelinya dengan tulisan sebagai keterampilan atas gambar
tadi. Sebagai contoh: di bawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi “ini
mama” atau “mama” (bergantung pada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan).
Perhatikan contoh gambar di bawah ini.
5)
Membaca
tulisan bergambar
Pada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca
sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan metode eja atau metode
bunyi, pengenalan lambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf melalui
proses drill (teknik tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan
metode global atau metode SAS, proses pembelajaran membaca akan dimulai dari
pengenalan struktur kalimat sederhana dan seterusnya.
6)
Membaca
tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilakui, selanjutnya guru secara perlahan-lahan
dapat menyingkirkan gambar-gambar tadi, dan siswa diupayakan untuk melihat
bentuk tulisannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk
tulisan ke papan tulis, dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat
memberikan keutuhan makna kepada anak. Misalnya, guru dapat membuat wacana
seperti berikut.
Ini mama
Ini mimi
Ini nana
Ini mama mimi
Ini mama nana
7)
Mengenalkan
huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu.
Berikut
ini disajikan beberapa alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melalui
kartu-kartu.
·
Mengenalkan
unsur kata/kalimat
·
Mengenalkan
unsur kata/suku kata
·
Mengenalkan
unsur suku kata/huruf
b.
Langkah-Langkah Pembelajaran Membaca Permulaan
Dengan Buku
Ada
beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran permulaan dengan buku, antara
lain sebagai berikut.
1)
Membaca
buku pelajaran (buku paket)
a)
Siswa
diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi
buku tersebut. Mereka mungkin membuka-buka dan membolak-balik halaman dari buku
tersebut hanya sekedar untuk melihat-lihat gambarnya saja.
b)
Siswa
diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut: tentang warna, jilid,
tulisan/judul luar, dan sebagainya.
c)
Siswa
diberi penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara membuka halaman-halaman
buku agar buku tetap terpelihara dan tidak cepat rusak.
d)
Siswa
diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman
buku.
e)
Siswa
diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan yang terdapat
pada halaman tertentu.
f)
Jika
bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dulu guru bercerita tentang
gambar dimaksud
g)
Selanjutnya,
barulah pembelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini
dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang mengawalinya dengan pemberian contoh
(membaca pola kalimat yang tersedia dengan lafal dan intonasi yang baik dan
benar), ada yang langsung meminta contoh dari salah seorang siswa yang dianggap
sudah mampu membaca dengan baik, atau cara lainnya.
Pembelajaran
membaca selanjutnya dapat dilakukan seperti contoh-contoh model pembelajaran
membaca tanpa buku. Perbedaannya terletak pada alat ajarnya. Membaca tanpa buku
dilakukan dengan memanfaatkan gambar-gambar, kartu-kartu, dan lain-lain;
sementara membaca dengan buku memanfaatkan buku sebagai alat dan sumber
belajar.
1.2 Langkah-Langkah
Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua
kelompok, yakni (1) pengenalan huruf, dan (2) latihan.
1)
Pengenalan
Huruf
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran
membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk
tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan
untuk melatih indera siswa dalam mengenal dan membeda-bedakan bentuk dan
lambang-lambang tulisan. Misalnya guru hendak mengenalkan huruf a, i, dan n.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
a)
Guru
menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Dua anak
tersebut diberi nama “nani” dan “nana”.
b)
Guru
mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan “nani” dan “nana” yang
tertera di bawah masing-masing gambar
c)
Melalui
proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana “nani”
dan mana “nana” sambil diminta menunjuk bentuk tulisannya.
d)
Selanjtunya,
guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis,
dan anak diminta memerhatikannya. Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan,
dan anak diminta memerhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh pengucapan
dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
e)
Setiap
tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali.
Demikian
seterusnya, kegiatan ini dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan pembelajaran
membaca permulaan
2)
Latihan
Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan mengutip prinsip dari
yang mudah ke yang sukar, dari yang
sederhana menuju latihan yang kompleks. Ada beberapa bentuk latihan menulis
permulaan yang dapat kita lakukan, antara lain berikut ini.
a)
Latihan
memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar. Tangan kanan
berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis, agar tidak mudah
bergeser. Pensil diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk. Ujung jari,
telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan
ketika duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak antara mata
dengan buku kira-kira 25-30 cm.
b)
Latihan
gerakan tangan. Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk
sendiri atau dengan bantuan alat seperti pensil. Kemudian dilanjutkan dengan
latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai
dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk melatih membuat garis tegak lurus,
guru dapat bercerita yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan dengan telur, dan
sebagainya.
c)
Latihan
ngeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan
yang sudah ada. Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya
dengan menggunakan karbon, menggunakan kertas tipis, menebalkan tulisan yang
sudah ada. Sebelum anak melakukan kegiatan, guru hendaknya memberi contoh cara
menulis dengan benar di papan tulis, kemudian anak menirukan gerakan tersebut
dengan telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai.
Pengawasan dan bimbingan harus dilakukan secara individual sampai seluruh anak
terperhatikan.
d)
Latihan
menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan. Latihan dapat
dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
e)
Latihan
menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara
mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak dapat mengingat
bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke jemari tangannya.
Dengan demikian, gambaran kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan
pikiran siswa pasa saat dia menuliskannya.
f)
Latihan
menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis.
Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah
mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin, di
antaranya menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin
tulisan dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung,
atau sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.
g)
Latihan
menulis halus/indah. Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris
untuk latihan menulis. Ada petunjuk berharga yang dapat anda ikuti, jika
murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti itu. Perhatikan petunjuk
berikut dengan cermat
1)
Untuk
tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris halaman buku menjadi dua. Untuk
ukuran dan bentuk tulisan, perhatikan contoh berikut.
2)
Untuk
tulisan tegak bersambung, bagilah setiap baris halaman buku menjadi tiga. Untuk
ukuran dan bentuk tulisan, perhatikan contoh berikut.
h)
Latihan
dikte/imla. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengoordinasikan
ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga
ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud
tulisan yang benar.
i)
Latihan
melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja
dihilangkan. Perhatikan contoh berikut.
1)
Melengkapi
huruf
2)
Melengkapi
suku kata
3)
Melengkapi
kata
j)
Menuliskan
nama benda yang terdapat dalam gambar.
k)
Mengarang
sederhana dengan bantuan gambar, dengan langkah sebagai berikut.
1)
Guru
menunjukkan suatu susunan gambar berseri
2)
Guru
bercerita dan bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar
3)
Siswa
diberi tugas untuk menulis karangan sederhana, sesuai dengan penafsirannya
mengenai gambar tadi, atau sesuai dengan cerita gurunya dengan menggunakan
kata-kata sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar